Hadirnya Undang Undang Informasi Geospasial ini tentunya sesuatu yang sangat penting mengingat perkembangan saat ini, informasi geospasial mempunyai arti penting bagi Negara guna menciptakan pembangunan yang berkelanjutan. Berita Pentingnya Undang-Undang tentang Informasi Geospasial perlu disadari oleh semua pihak, terutama instansi pemerintah, organisasi swasta dan asosiasi yang berkaitan dengan survey dan pemetaan, kalangan pendidikan, dan semua lapisan masyarakat. Oleh sebab itu UU-IG yang baru ini perlu segera disosialisasikan kepada masyarakat luas. Salah satu wadah yang tepat untuk sosialisasi adalah melalui kegiatan seminar. Sehubungan dengan hal tersebut, Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik UGM sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi terkemuka di Indonesia yang menghasilkan lulusan di bidang survey pemetaan (geospasial) merencanakan Seminar Nasional dengan Tema “IMPLEMENTASI UU INFORMASI GEOSPASIAL : PELUANG, HARAPAN DAN TANTANGAN”. Seminar akan dilaksanakan pada : Hari/Tanggal : Jumat-Sabtu, 3-4 Juni 2011 bertempat di Ruang Sidang II Kantor Pusat Fakultas Teknik (KPFT) UGM. Kontribusi peserta dalam seminar adalah Rp. 100.000,- untuk Mahasiswa dan Rp. 200.000 Untuk Umum. Kontribusi peserta dapat dibayarkan secara tunai mulai tanggal 2 Mei – 1 Juni 2011 di sekeretariat Panitia (Sekretariat Magister Teknik Geomatika, Jurusan Teknik Geodesi UGM Lt. 3) pada jam kerja, atau dapat pula dengan transfer melalui Rekening Nomor : 137-00-0598936-9, Bank Mandiri Cabang UGM atas nama Muhammad Iqbal Taftazani (HP.081227503890) atau Rekening Nomor: 0068897228, Bank BNI atas nama Wahyu Marta Mutiarasari
June
Perkembangan teknologi penentuan posisi dengan satelit Global Navigation Satellite System (GNSS) memunculkan sistem pengadaan titik kontrol dasar moderen sebagai referensi penentuan posisi untuk pengukuran dan pemetaan yang bersifat aktif, terus menerus dan dapat diakses secara real time. Sistem titik kontrol moderen tersebut adalah CORS yang merupakan kependekan dari Continuosly Operating Reference Stations. Di berbagai negara, CORS telah berkembang pesat dan pemanfaatannya selain untuk titik kontrol/referensi yang bersifat aktif dalam survei pemetaan juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi. Di berbagai institusi di Indonesia CORS juga telah mulai dikembangkan seperti misalnya di BPN-RI (Badan Pertanahan Nasional RI) dengan JRSP (Jaringan Referensi Satelit Pertanahan), di Bakosurtanal, di Teknik Geodesi dan Geomatika Fakultas Teknik UGM, dan di Teknik Geodesi dan Geomatika ITB. Acara seminar ini menghadirkan Prof. Dr.Chris Rizoz, Pakar GNSS-CORS, Head of School of Surveying and Spatial Information System, UNSW, dan Wakil Presiden IAG, Badan Pertanahan Nasional RI (BPN-RI)/ Deputi Bidang Survey, Pengukuran dan Pemetaan, Bakosurtanal/ Deputi Bidang Infrastruktur Data Spasial (IDS, Perusahaan Tambang PT Adaro Indonesia. Seminar tersebut memaparkan prinsip dasar Teknologi CORS hingga contoh praktis penggunaannya. Teknologi CORS ini telah banyak diaplikasikan di banyak negara maju dan menghasilkan ketelitian hingga fraksi centimeter. Kehadiran seminar menunjukkan eksistensi Jurusan Teknik Geodesi UGM sebagai wujud pengabdian terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.
Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik UGM berkolaborasi dengan Keluarga Alumni Teknik Geodesi UGM (KATDESI-GAMA) dan Ikatan Surveyor Indonesia (ISI) Komisariat Wilayah Yogyakarta telah menyelenggarakan Workshop yang berlangsung 17 Juli 2010 lalu dan bertajuk “RTK GNSS- CORS Untuk Surveyor Moderen”. Workshop yang diisi oleh Dr. Craig Roberts , pakar GNSS-CORS dari UNSW, BPN-RI/ Direktur Pengukuran Dasar dan diikuti oleh anggota Ikatan Surveyor Indonesia, profesional Survey Pemetaan di berbagai bidang (Pertanahan, Mining, Oil & Gas, APSPI, Pekerjaan Umum, Pemerintah Daerah, Perkebunan, Kehutanan, dll.), akademisi dan Mahasiswa ini berlangsung sukses. Dalam workshop tersebut dilakukan simulasi menggunakan RTK_CORS, sehingga diharapkan para profesional pengumpul atau pengguna data spasial dapat memanfaatkan teknologi ini dalam lingkup pekerjaannya.
Acara Expert Group Meeting [EGM] yang diadakan pada tanggal 19–22 Juli 2010 dihadiri sebanyak 23 expert (ahli) di bidang pertanahan dunia dari berbagai negara. Para ahli pertanahan tersebut antara lain berasal dari Srilanka, Pakistan, Bangladesh, Malaysia, Filipina, Nepal, Laos, Kamboja, Vietnam, Belanda, UN-HABITAT (United Nations Human Settlements Program) , International Federation of Surveyor (FIG) dan Indonesia. Acara ini banyak membahas mengenai persoalan administrasi dan transparansi pertanahan khususnya di kawasan Asia, Eropa, dan Afrika. Persoalan pertanahan itu mulai dari proses pendaftaran, pengelolaan hingga pembangunan pertanahan. Dengan masih dijumpainya kasus administrasi dan transparansi pertanahan yang belum tertata baik ini maka diperlukan adanya pembangunan kapasitas (capacity building) di Asia sehingga kebijakan pertanahan yang tidak pro rakyat miskin lambat laun bisa tereduksi.Diungkapkan oleh Ketua Jurusan Teknik Geodesi UGM Ir. Subaryono, MA, Ph.D. dengan digelarnya acara EGM ini nantinya akan ditindaklanjuti dengan training para praktisi pertanahan di tingkat ASEAN. Acara ini juga melibatkan beberapa perguruan tinggi dunia seperti Hanoi University of Science Vietnam, Kathmandu University, University of Twente, UN-HABITAT, serta United Nations University, School of Land Administration Studies. Ir Tony Atyanto Dharoko MPhil PhD sebagai Wakil Rektor Bidang Alumni dan Pengembangan Usaha yang membuka acara EGM ini mengatakan bahwa UGM menyambut baik atas terselenggaranya kegiatan ini. Mengingat problem pertanahan merupakan isu krusial dan melibatkan multi disiplin ilmu.